Budaya  

Budaya Pulau Bali Khas dengan Tari Kecak

Budaya Pulau Bali memiliki beraneka ragam jenis dan kultur yang bisa kita nikmati. Tidak hanya masyarakat lokal yang bisa menikmati dan merasakan langsung, pati juga warka internasional banyak yang sudah mengetahui tradisi dan budaya Bali.

Banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Bali untuk sekedar liburan melepas penat atau bahkan tidak sedikit orang asing yang menetap di Bali dalam jangka waktu lama. Hal ini dikarenakan Bali memiliki banyak kebudayaan dan pemandangan alam yang sangat indah.

Tidak heran lagi jika kita melihat banyak orang asing yang berlalu lalang di pulau Bali dengan sangat lincah. Memang masyarakat internasional mengenal Indonesia dengan Pulau Bali nya yang sangat indah dan dijuluki sebagai kota romantis yang cocok untuk honeymoon.

Pulau Bali memang memiliki beragam keindahan alam dan budaya, salah satunya pantai, pemandangan alam dan tariannya. Tarian yang paling khas terdapat di bali yaitu tari kecak. Tarian ini merupakan budaya yang selalu dilakukan pada saat acara adat dan sakral.

Tari kecak juga merupakan salah satu seni tari nusantara yang sudah terkenal sampai ke internasional. Seni tari ini dipertunjukkan secara berkelompok oleh puluhan bahkan ratusan laki-laki Bali yang duduk dengan posisi melingkar.

Budaya Pulau Bali satu ini dinamakan tari kecak karena pada saat irama musik dimainkan, para penari akan mengangkat dan menggerakkan kedua tangannya sembari menyerukan kata “cak ke cak ke cak”. Penari juga menggunakan pakaian yang bermotif kotak hitam-putih.

Menelusuri Budaya Pulau Bali dari Kesenian Tari Kecak

Seorang fotografer Jerman dan antropolog Belanda meneliti soal budaya Bali menyebutkan bahwa sejarah tari kecak pada mulanya adalah koor laki-laki suci untuk ritual upacara Bali. Tari kecak juga biasanya dilakukan untuk acara sakral dan suci.

Tarian ini dilakukan pada saat-saat tertentu saja, misalnya untuk mengusir wabah penyakit. Kesakralan tersebutlah yang membuat tari kecak ini tidak dapat dipentaskan setiap saat. Masyarakat meyakini apabila dipentaskan setiap saat maka kesakralannya menjadi lemah.

Tari kecak juga memiliki nilai kesakralan serta aura magis yang dikeluarkan. Jika tari kecak dipentaskan setiap saat, maka aura magis yang dikeluarkan akan hilang. Tidak hanya itu juga tari kecak dianggap berkurang nilai kesuciannya.

Namun sekarang, seorang ahli budaya dari bali yaitu Wayan Limbak mengemas tari kecak dengan koor laki-laki pada tari Sanghyang. Kemasan koor laki-laki tari Sanghyang itu lalu dimodifikasi menjadi tari kecak sehingga wisatawan dapat menyaksikannya.

Tari kecak awalnya mengandung cerita yang diambil dari cerita rakyat Ramayana. Dimana dalam ceritanya Subali bertempur dengan adiknya yaitu Sugriwa atau Rahwana yang menculik Dewi Sinta. Cerita rakyat tersebut akan diadaptasi menjadi budaya tradisional.

Perkembangan Tari Kecak sebagai Budaya yang Sakral

Tari kecak selalu berkembang dari masa ke masal. Tari kecak yang berasal dari Pulau Bali ini ditawarkan dengan beberapa pilihan seperti Tari kecak dengan cerita Mahabarata, Ramayana, Babadm dan juga termasuk Cak dengan kapasitas penari mencapai seribu orang.

Dalam pementasannya, tari kecak diiringi suara musik secara akapela yang dihasilkan dari gabungan suara penari yaitu “cak”. Umumnya, tari kecak dilakukan oleh 50-70 orang penari laki-laki.

Tarian tersebut akan dipimpin oleh seorang penari dengan memberikan nada awal. Selanjutnya seseorang bertugas sebagai penyanyi solo dengan menyanyikan nada tinggi ataupun rendah. Satu lagi bertugas menjadi dalang untuk mengantarkan alur ceritanya.

Tari kecak memang sudah terkenal pada ranah internasional dan sangat populer di kalangan warga asing. Dalam perkembangannya, tari kecak sudah bisa dinikmati oleh para wisatawan. Sehingga itulah keistimewaan yang ada dari budaya Pulau Bali.

Exit mobile version