Gunung  

Ini Gunung Berapi Paling Berbahaya di Indonesia, Berani Mendaki?

Wisata gunung berapi paling berbahaya memiliki pasarnya sendiri. Beberapa petualang atau pendaki pemberani selalu mencari – cari lokasi gunung yang paling berbahaya dan menantang untuk ditaklukkan.

Sensasi mendaki gunung memang tidak hanya didapatkan dari pemandangan indah dan momen matahari terbit dari ufuk timur saja. Kini para pendaki gunung memiliki kegemaran baru yakni menaklukkan gunung yang terkenal berbahaya.

Maksud dari berbahaya ini adalah, gunung tersebut memiliki letusan dahsyat, sejarah mengerikan, angker, maupun medan yang sulit ditaklukkan. Bagi para pendaki ekstrim ini, menaklukkan sebuah gunung bisa memberikan kepuasan yang sukar dipahami.

Selain dari dalam negeri, para pendaki gunung berapi paling berbahaya ini juga berasal dari luar negeri. Mereka berbodong – bondong mencari gunung di berbagai belahan dunia untuk ditaklukkan, tak tidak terkecuali di Indonesia.

Kawasan Indonesia yang berada dalam jalur cincin api, tentunya menjadi surganya para pendaki. Banyak pilihan lokasi yang bisa dikunjungi dan dieksplorasi.

Saat mendaki, mereka biasanya tidak lewat jalur biasa, melainkan mencari atau membuka jalur baru. Jalur tersebut biasanya memiliki titik – titik yang lebih menantang dibanding jalur pendakian biasanya.

Berikut ini beberapa gunung berapi paling berbahaya yang bisa Kamu kunjungi. Pastikan tubuh dalam kondisi fit dan segala kebutuhan dilengkapi sebelum mendaki gunung – gunung ini.

Gunung Agung, di Bali

Mari kita mulai dengan Agung, puncak tertinggi dan tersuci di Bali. Gunung berapi ini secara harfiah bernama “Gunung Besar” dan dikenal oleh orang Bali sebagai “Pusar Dunia”.

Letusan besar terakhir Gunung Agung terjadi pada tahun Maret 1963. Setelah 100 tahun tidak aktif, Agung kembali meletus saat itu.

Letusannya sangat dahsyat dan tidak hanya sekali. Letusan multifase Gunung Agung terjadi hingga tahun 1964.

Lebih dari 1.000 orang meninggal dalam bencana alam tersebut. Letusannya saat itu mampu menyemburkan abu setinggi 20 kilometer di langit dan merupakan salah satu letusan terbesar abad ke-20.

Selain disebut gunung paling berbahaya karena statusnya masih aktif sampai saat ini, di Gunung Agung juga terdapat Pura Pura Pasar Agung dan Pura Besakih yang syarat akan nuansa sakral. Rasakan sendiri bagaimana sensasinya mendaki gunung berapi aktif dan bernilai sakral tinggi seperti Gunung Agung.

Gunung Galunggung, Jawa Barat

Galunggung pertama kali meletus tahun 1822, saat itu kolom letusannya melonjak hingga setinggi 24 kilometer. Letusannya mampu memusnahkan 114 desa dan merenggut 4.011 korban jiwa.

Setelah 1822 itu, Galunggung meletus sebanyak empat kali, terakhir pada tahun 1982. Letusannya kali ini mampu membuat mesin pesawat rusak.

Tercatat ada dua pesawat rusak akibat dampak letusan Galunggung, yakni pesawat British Airways dan Singapore Airlines. Beruntung, dua pesawat tersebut dapat kembali mendarat di Jakarta tanpa ada korban jiwa.

Gunung Krakatau, di Lampung

Pada tanggal 27 Agustus 1883 silam, gunung berapi paling berbahaya Krakatau meletus dan memicu tsunami yang menewaskan hampir 40.000 jiwa. Suara letusan Krakatau sangat keras, bahkan bisa terdengar dari India hingga Australia.

Letusan Krakatau juga berdampak pada pola cuaca global, dengan suhu global rata-rata turun sebanyak 1,2 derajat Celcius pada tahun setelah letusan karena banyaknya abu di atmosfer. Cuaca bahkan tidak stabil sampai tahun 1888 atau lima tahun setelah letusan.

Gunung Krakatau turut musnah dalam letusan saat itu, namun kini telah muncul gunung baru yang diberi nama Anak Krakatau. Meski masih kecil, namun Anak Krakatau ini terus berkembang dan sangat aktif.

Tambora, Nusa Tenggara Barat

Meski Krakatau adalah salah satu gunung berapi paling terkenal di dunia, namun faktanya letusan gunung berapi paling berbahaya Tambora tahun 1815 lebih besar dan mematikan. Letusan Tambora saat itu tercatat sebagai salah satu letusan gunung berapi terkuat dalam sejarah dunia.

Sekitar 71.000 orang meninggal dunia akibat letusan Tambora saat itu. Jumlah tersebut belum termasuk kematian tidak langsung, seperti mereka yang meninggal di pengungsian maupun yang kelaparan karena gagal panen.

Seperti halnya Krakatau, Tambora memiliki dampak serius pada pola cuaca global, karena banyaknya sulfur dioksida yang dibuang ke stratosfer selama letusan. Letusan Tambora bahkan menyebabkan bumi tidak memiliki musim panas pada tahun 1816.

Bagi yang ingin membuktikan seberapa berbahayanya gunung berapi, bisa membuktikannya sendiri. Namun jangan mencoba mendaki gunung berapi paling berbahaya jika statusnya naik ke level siaga.

Exit mobile version