Lawang Sewu Semarang Wisata Sejarah Nan Angker, Berani Datang?

Siapa tidak kenal wisata Lawang Sewu Semarang, Jawa Tengah. Lokasi wisata ini sangat terkenal di level nasional dan internasional. Bukan hanya terkenal karena tempatnya yang indah dan warisan sejarahnya saja. Lawang Sewu juga terkenal karena keangkerannya.

Bahkan pamor keangkeran wisata Lawang Sewu Semarang lebih banyak diketahui dibanding sejarah dari bangunan tersebut. Hal ini cukup disayangkan, karena bangunan ini sebenarnya merupakan salah satu bangunan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Lawang Sewu Semarang adalah saksi bisu perlawanan gerilyawan Indonesia melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Ada kisah perjuangan dan pertempuran berdarah yang terjadi di kawasan tersebut.

Sejarah Lawang Sewu Semarang

Bangunan yang kini masih kokoh berdiri di pusat Kota Semarang adalah buatan Belanda. Bangunan ini didirikan sebagai sebagai kantor pusat Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda atau yang biasa disebut Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij.

Sosok arsitek di balik berdirinya Lawang Sewu Semarang adalah Profesor Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag. Mereka berdua adalah arsitek dari Amsterdam, Belanda.

Gedung Lawang Sewu dibangun di atas lahan seluas 18.232 m2. Pembangunannya dilakukan secara bertahap mulai sejak tanggal 27 Februari 1904 hingga Juli 1907.

Tidak cukup sampai di situ, pihak Belanda juga melakukan membangun bangunan tambahan pada tahun 1916 dan selesai pada tahun 1918.

Sesuai dengan namanya, bangunan ini memiliki banyak pintu dan jendela. Fungsinya sebagai sistem sirkulasi udara karena orang – orang Belanda tidak tahan dengan cuaca panas di Indonesia.

Terdapat ornamen kaca patri buatan Pabrik Johannes Lourens Schouten di bangunan tua ini. Kaca patri tersebut mengisahkan tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api.

Lawang Sewu Direbut Jepang

Kegiatan perkantoran Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda di Lawang Sewu Semarang hanya berlangsung hingga tahun 1942. Setelah Belanda kalah di Perang Dunia II, bangunan ini diambil alih oleh Jepang.

Oleh pihak Jepang Lawang Sewu dijadikan sebagai kantor Riyuku Sokyoku atau Jawatan Transportasi Jepang. Kegiatan perkantoran Riyuku Sokyoku ini berlangsung hingga tahun 1945.

Pertempuran Semarang

Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) bertempur melawan laskar Jepang Kempetai dan Kidobutai.

Pertempuran yang terjadi pada tanggal 14 sampai 19 Oktober 1945 ini berlangsung di Lawang Sewu dan sekitarnya. Kedahsyatan dari pertempuran tersebut diabadikan dalam kisah Pertempuran Semarang atau pertempuran lima hari di Semarang.

Banyak korban jiwa selama pertempuran ini. Sehingga pada tahun 1950, pemerintah Indonesia mendirikan monumen Tugu Muda untuk mengenang perjuangan para pemuda Semarang melawan Jepang.

Setiap tahun, di sekitar monumen Tugu Muda selalu diadakan perayaan untuk memperingati perjuangan 5 hari yang heroik kala itu.

Kisah Angker Lawang Sewu

Mungkin saja awal mula kisah angker di Lawang Sewu bermula sejak perpindahan kepemilikan dari tangan Belanda ke Jepang lalu pertempuran berdarah pemuda Semarang melawan Jepang. Namun sejauh ini, tidak sumber yang kredibel untuk dijadikan sumber dari kisah angkernya.

Dari cerita mulut ke mulut, konon ada penampakan noni – noni Belanda. Dikisahkan, noni – noni tersebut adalah korban kekejaman tentara Jepang saat merebut bangunan tersebut.

Selain itu, ada pula yang menceritakan penampakan sosok serdadu Belanda yang menjaga pintu. Serdadu tersebut berpenampilan militer lengkap dengan senjata laras panjang.

Selanjutnya juga kisah angker sumur tua. Konon kerap terdengar suara teriakan berasal dari sumur tua Lawang Sewu Semarang tersebut.

Exit mobile version