Budaya  

Upacara Adat Meugang, Salah Satu Kebudayaan Aceh Wajib Dilestarikan

Salah satu acara yang dinantikan oleh warga Aceh adalah upacara adat Meugang. Acara ini diadakan menjelang bulan Ramadhan, dan disambut dengan antusias oleh warga Aceh setiap tahunnya. Upacara seperti ini memang sudah turun-temurun.

Berawal dari tradisi masa Kesultanan Aceh sejak berabad-abad yang lalu, dan tetap dilaksanakan hingga sekarang. Memang, kebudayaan leluhur, ada baiknya dilestarikan agar anak-cucu kita bisa mengenal kebudayaannya sendiri.

Meugang atau Makmeugang adalah tradisi yang cukup unik. Di mana warga Aceh itu membeli, kemudian mengolah, dan terakhir menyantap daging bersama-sama dengan keluarga. Biasanya daging sapi yang digunakan dalam upacara adat Meugang.

Mengenal Upacara Adat Meugang Aceh

Sebenarnya upacara adat Meugang tidak berbeda jauh dengan adat budaya yang ada di beberapa daerah lainnya. Ketika menjelang Ramadhan, mereka membeli makanan mewah, untuk disantap bersama dengan keluarga.

Hanya saja, untuk Makmeugang ini dikhususkan dengan pengolahan daging. Jika dilihat, seperti Idul Adha. Biasanya, ini diadakan 1 atau 2 hari sebelum memasuki Ramadhan. Para warga berbondong-bondong ke pasar untuk membeli daging dan diolah untuk disantap.

Tidak hanya daging sapi saja, daging kambing juga menjadi bagian adat upacara adat Meugang. Seperti yang kita tahu, Aceh memiliki julukan Serambi Makkah. Budaya Islam sangat kental di kalangan masyarakat sana.

Sehingga, ketika menyambut bulan Ramadhan, mereka mengadakan upacara adat yang begitu meriah dan kompak. Selama perayaan, Anda akan menemukan beragam olahan daging khas makanan Aceh. Olahannya antara lain :

  1. Kari kameng atau kari kambing
  2. Sie reuboh atau daging rebus
  3. Sie puteh atau daging puteh
  4. Dan lain sebagainya

Aceh memang luas dan dibagi beberapa daerah. Makanan yang dimasak, tergantung juga dengan khas daerah setempat. Bagi masyarakat setempat, selama menjalani tradisi meungang, ada hal yang perlu dipatuhi bagi anak-anak mereka.

Selama tradisi berlangsung, memang anak-anak tidak boleh makan di rumah tetangga. Mereka harus makan olahan masakan di rumah sendiri.

Menurut riwayat, tradisi seperti ini sudah berlangsung pada masa Kerajaan Aceh Darussalam sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Tradisinya yaitu membagikan daging, uang, hingga kain kepada fakir miskin dan juga penyandang disabilitas.

Karena tradisi tersebut dinilai sangat baik, hingga berlangsunglah hingga sekarang. Tidak hanya menjelang Ramadhan saja. Idul fitri dan Adha juga dilakukan demikian.

Upacara Meugang Seperti Korban Hewan

Tradisi ini semakin menguat manakala Kerajaan Aceh mulai dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pada masa kepimpinannya, tidak hanya daging saja, tetapi juga diberikan koin emas pada kaum yang membutuhkan.

Untuk saat ini, memang hanya dengan daging dan bahan makanan pokok juga sudah cukup. Dilihat-lihat, memang seperti tradisi pada Idul Adha. Tapi sebelum menjalankan bulan puasa Ramadhan, warga Aceh juga melakukannya.

Hal itu karena upacara adat Meugang sudah dikeluarkan dalam maklumat Qanun Makeuta Alam pada tahun 1608 Masehi tentang Meugang.

Bahkan tradisi ini juga menjadi marwah bagi kaum pria, terutama yang sudah beristri. Untuk membawa pulang daging kepada sang istri untuk diolah serta dinikmati dengan seluruh anggota keluarga.

Di Aceh, tradisi meugang juga diadakan di kantor-kantor pemerintahan atau Swasta. Ketika waktunya tiba, pimpinan berusaha mendapatkan daging, guna dibagi-bagikan kepada karyawannya.

Sebagian kantor lagi, juga ada yang mengadakan kumpul bersama keluarga karyawan mereka. Serta menyantap meugang bersama-sama.

Tradisi ini memang sangat baik. karena membiasakan masyarakat Aceh untuk bersedekah kepada anak yatim dan kaum duafa. Jadi, saat upacara adat Meugang baik yang kaya atau bagi orang kurang mampu, bisa menikmati hidangan lezat bersama-sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *